Wednesday, December 07, 2005

Pono Gregory

Duuuh.. Pukul 9.00 tepat. Adhist tidak percaya ia telat bangun hari ini. Memang salahnya sih. Tadi malam, setelahmenyiapkan bahan - bahan untuk meeting dan presentasi hari ini, Adhist tidak langsung tidur. Ia memilih untuk nontonDVD Harry Potter terbaru, film yang di rekomendasikan oleh Chika, sahabatnya. Chika jugalah yang nyetanin dirinya untukmembeli DVD tersebut saat mereka janjian makan siang di ambassador kemarin.

"Dhiiist.. Percaya deh, lo tuh gak akan nyesel nonton Harry Potter, bagus banget! Secara lo sibuk banget dan ga punya waktubuat nonton di bioskop. Mending lo beli DVDnya sekarang. Mumpung kita lagi disini." Chika mencoba meyakinkan Adhist.

"Yakin lo? Lo tau kan gue lagi sibuk banget dikejar-kejar segala macem deadline, dan gue ga butuh nonton film "shallow" yang bikin gue malah sakit kepala.Terakhir lo nyuruh gue nonton film horror Indonesia yang sepanjang film cuma nampilinsetan-setan gelantungan pake tali jemuran" Adhist mencoba mengingat terakhir kali ia mempercayai selera film Chika.

"Oh itu.. Hmm yah itu sebenernya gue ga terlalu nonton, waktu itu nonton DVD di rumah sama Adit. Gak ada nyokap di rumah.Tapi sekarang lo bakalan bersyukur sama gue. Karena si Dan Radcliff, pemain Harry Potter tuh udah gede, ganteng. belum lagi ada pemain baru, Cedric Gregory. Asli keren banget. Mirip sama siapa tuh, office boy kantor lo yang ganteng, yangnaksir sama lo... hihii"

"Chikaaaa... Si Pono tuh gak naksir gueee!! Heran deh."

"Dhist, coba lo pikir berapa orang di kantor lo yang tiap pagi ditaroin bunga kecil di mejanya dengan alesan karena loseharum bunga itu"

"Udah. That's it. Gue beli aja DVD itu biar lo ga bawel tentang Pono. Udah abis itu kita makan, lo harus traktir gue!"

Itulah akhir perdebatannya dengan Chika kemarin siang. Huuh! Aku harus memarahi Chika karena telah menyarankan membeli DVD di hari kerja seperti ini. Adhist membatin. Dan karena rasa penasarannya yang tak terbendung akan Cedric Gregory,jadilah semalam ia memaksakan untuk menonton Harry Potter. Ia mengakui Cedric memang ganteng sekali, baik hati, gagah,pokoknya laki-laki banget deh. Sayang penulis memutuskan untuk membunuh karakternya. Ia kehilangan selera untuk menonton Harry Potter selanjutnya, setidaknya untuk saat ini ia berpikir begitu.

"Cring."

Lift berbunyi, lantai 18, ia sudah sampai di lantai tempat kantornya berada. Dengan terburu-buru Adhist menyeruak keluarlift yang penuh banget. Setelah ia berhasil keluar, setengah berlari ia masuk ke dalam kantornya. Dan "BRUGHH!". Ia menabrak seseorang. Kertas yang dipegang orang itu jatuh berantakan. Aaah ceroboh, Adhist benar-benar tidak punya waktu untuk ini,bayangan bahwa Pak Widi akan menegurnya karena telat lagi sudah di depan mata.

"Maaf... Saya bantu dengan kertasnya..." Adhist mencoba meminta maaf.

"Oooh gak usah Mba Adhist. Langsung masuk aja. Udah dicari Pak Widi dari tadi."

Adhist mengadah melihat si empunya suara. Pono tersenyum dengan lebar. Memakai kemeja setengah merah dan setengah kuning.Hari lain mungkin Adhist akan merasa aneh dan heran dengan selera berpakaian Pono yang memang aneh dan gak pernah maupakai seragam. Tapi hari ini ia hanya dapat tersenyum. Mengingat Cedric-nya yang telah tiada. Adhist membalas senyumnya.

"Terima kasih Pono. Baju yang bagus." Adhist berlalu.

Aaahh Pono.. Pono... Oops! Apa yang dia pikirkan, maksudnya Cedriic.. Cedric... UUhh! Adhist sebal. Aku akan menelponChika dan memarahinya. Ia tidak akan pernah bisa melihat Pono dengan pandangan yang sama lagi.