Friday, January 19, 2007

Politik Kehancuran Bush di Irak

Who's the real terrorist in this case? Al-Qaeda with its September 11th attack has caused the death of thousand lives in the NY and the "victim" country wants a revenge, a so-called justice. So it began to search, to seek for the enemy, although sometimes the attacked was missplaced. [Hint: Irak, Somalia].

So in these cases, Who's the real terrorist then?

Mungkin betul apa yang dikatakan banyak pengamat Amerika bahwa George W Bush adalah presiden terburuk yang pernah dimiliki Amerika.

Keputusan Bush menduduki Irak, Maret 2003, telah membuat Irak mengalami petaka sosial, politik, ekonomi, bahkan petaka peradaban yang semakin total.

Alasan menghancurkan Irak ternyata bertumpu pada dua kebohongan dan satu ilusi bodoh. Irak harus diserbu karena pertama, menyimpan senjata pemusnah massal dan kedua, mempunyai jaringan resmi dengan Al Qaeda.

Biaya imperialisme Bush di Irak mulai mengguncang ekonomi AS. Sampai akhir tahun 2006, Pemerintah Amerika telah mengeluarkan sekitar 400 miliar dollar AS. Namun, menurut Joseph Stiglitz, pemenang hadiah Nobel di bidang ekonomi, bila biaya pengobatan, pemulihan, dan uang kompensasi bagi puluhan ribu serdadu dan lain sebagainya ikut dihitung, biaya perang dan pendudukan Irak itu melampaui 1 triliun dollar AS.

Di samping itu, sejumlah serdadu Amerika yang tewas sudah melampaui angka 3.000 orang, yang luka-luka 25.000, dan 10.000 di antaranya luka berat, invalid, dan sebagainya. Anehnya, Bush dan Condoleezza Rice, sang Menteri Luar Negeri, mengatakan 3.000 serdadu yang meninggal itu tidak sia-sia. Tidak sia-sia untuk apa memang tidak pernah dijelaskan. Agaknya Bush tidak dapat bersimpati, apalagi berempati, bagaimana perasaan ribuan keluarga Amerika dan ratusan ribu keluarga Irak yang ditinggal mati anggota keluarga mereka.

Melihat penderitaan yang demikian memuncak yang dialami oleh para korban perang Irak itu, banyak yang mengatakan bahwa Bush telah menghadirkan sebuah holocaust di awal abad ke-21. Sejumlah tokoh Pentagon bahkan mengatakan ada kemiripan antara Bush dan Caligula, kaisar Romawi ketiga. Mirip karena keduanya arogan, narcisis, dan melakukan petualangan militer yang menggoyahkan sendi-sendi peradaban demi kebesaran kosong tanpa makna.

Ketika rakyat AS dan publik opini dunia mengharap Bush segera balik kanan, karena betapa pun perang Irak itu mustahil dapat dimenangi, Bush mengambil langkah yang mengejutkan dunia. Pemerintah boneka AS menggantung Saddam Husein secara sadis sambil mengabaikan keadilan hukum. Hukum gantung itu makin memperparah perang saudara Sunni-Syiah. Tony Blair saja, yang biasanya selalu membeo Bush, mengatakan hukuman gantung Saddam keliru sama sekali.

Bila Saddam digantung karena bertanggung jawab atas kematian 148 orang Kurdi, kira-kira apa yang seharusnya diterapkan pada tokoh-tokoh yang telah menghancurkan kemanusiaan dan peradaban di Irak? Para ahli hukum mengatakan bahwa hukuman Saddam itu sebuah victor’s justice, keadilan semaunya pihak yang menang.


M. Amien Rais, Kompas, Jumat 19 Januari 2007