Thursday, October 05, 2006

Kematian (1)

Kemaren gue melayat ke rumah saudara, karena anaknya meninggal dunia. Sebagai seorang muslim, bila ada orang yang meninggal dunia, tugasnya ialah memandikan, mengkafankan, menyolatkan dan menguburkan, tapi karena yang meninggal itu laki-laki, jadi sudah ada yang ngurus semuanya, jenazah datang sudah dalam keadaan dimandikan dan dikafankan.

Gue dateng ke rumah duka udah dari pagi, ikut bantu ini itu, tadinya perasaan gue masih biasa aja, tapi begitu jenazah nya tiba, gue sedikit goyah. Apalagi waktu peti dibuka, kain kafan dibuka, untuk memperlihatkan wajahnya, deeezzzz langsung deh gak tahan untuk gak nangis, sesuatu dalam hati gue bergetar. Setelah gue mendoakan dia sebentar, kirim Al-Fatihah, abis itu gue dikasih tugas oleh sepupu gue (ibu-nya almarhum) untuk foto-foto, karena itu gue gak jauh-jauh dari jenazah dan keluarganya. Meski tampak luar gue biasa aja, tetep mengerjakan tugas gue tapi ga dapat dipungkiri kalau hati gue gak tentram, gue sedih, takut. Gue liat keadaan sekitar, pada berpuluh-puluh manusia yang hadir dan gue menjadi salah satu dari mereka, lalu gue melihat ke arah jenazah yang terbujur kaku, putih, seperti tertidur, lalu dalam hati gue terjadi sedikit percakapan,

"Suatu hari nanti, adalah aku yang ada disitu. Suatu hari nanti, adalah aku yang dipakaikan kain kafan putih itu, wajahku yang terlihat disitu, tubuhku yang terbujur kaku disitu. Akan ada aku, di posisi itu".

Sesuatu dalam hati gue menjawab, "Semua yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan hanya kepada Aku lah kamu akan kembali." Gue mengiyakan, memang suatu hari nanti gue akan mati, gue di dunia ini ada batas waktunya, gak akan selamanya. Mengimani hari akhir adalah bagian dari iman gue padaNya.

Lalu gue kembali menerawang, "Setelah ini, apa yang kamu rasakan disana hai Afi? Apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Apakah kamu bahagia? Apakah Dia menyambutmu dengan cahayaNya? Pada saatku nanti, akankah Dia menyambutku dengan cahayaNya? Akankah Dia menyayangiku, mengingatku seperti aku mengingatNya?" Lalu gue kembali terdiam, gue tau gak akan pernah gue ketahui jawabannya. Lalu gue teringat akan suatu surat di Al-Quran, gue ga inget pasti kata-katanya, hanya garis besarnya. "Bila engkau tau apa yang terjadi nanti, tentunya kamu akan menyesal. Kamu akan meminta diberi kesempatan sekali lagi dan berjanji akan berbuat kebaikan. Namun itu tidak akan terjadi, kalaupun kamu diberi tenggat waktu tambahan, kamu tetap tidak akan beriman. Itulah penyesalan orang-orang yang merugi" Kalau gak salah, intinya begitu, lalu gue berpikir lagi "Apakah aku akan termasuk orang-orang yang merugi, ya Allah? Terlalu sombongkah aku bila memohon agar dimasukkan dalam golongan orang-orang yang Engkau sayangi?" Tapi, gue tetap gak punya jawabannya, kematian dan kehidupan setelah kematian adalah rahasia Allah.

Semua itu membuat gue bertanya-tanya, "Lalu apa gunanya aku disini? Aku harus berbuat apa? Kebaikan seperti apa yang harus aku lakukan? Keburukan seperti apa yang harus aku hindarkan? Sudahkah aku menjalani semuanya sesuai dengan petunjukMu?" langsung gue sms bokap gue "Sebenarnya, apa gunanya aku hidup sehari-hari?", gue kirim sms masih dengan perasaan yang gelisah. Gak lama kemudian bokap gue bales sms gue. "Hehehe untuk mengenal Alloh dan RosulNya sebagai kampung halaman manusia di akherat! MengenalNya ada 3 cara:
  1. Melalui ciptaanNya kaya manusia sekarang sehari-hari beramal soleh dan berakhlak baik (kaya rosul sampai sebelum umur
    40 tahun, disebut Al-Amien).
  2. Melalui namaNya dan sifatNya untuk mencapai dzatNya yaitu seperti rosul di umur 40 tahun di gua hira!
  3. .... (Bokap gue bilang rahasia, harus private langsung sama dia ;P)
Untuk sementara itu jawaban bokap gue. Namun dalam hati gue tetap bertanya-tanya "Aku ini sebenarnya apa, sebenarnya aku ini siapa? Terlalu egoiskah aku memikirkan diriku sendiri?"

"Maha Suci Allah yang menciptakan seluruh alam jagat raya, beserta isinya dan apa-apa yang ada diantaranya... Maha Suci Allah dengan seluruh ciptaanNya yang tidak ada yang sia-sia."