Andina menyematkan jepit kupu-kupu pink yang cantik di rambutnya, kemudian memeriksa make up-nya, memastika bahwa dandannya sudah sempurna dan tidak menor, Andin paling tidak suka dandanan menor, ia merasa make up natural dengan sentuhan pink ialah ciri khasnya, toh dengan begini saja, banyak orang yang mengagumi kemolekan wajahnya.
Tok tok tok... "Andiin.. Tolong buka pintunya sayang.."
"Iya ibu, tunggu sebentar yah..." Andin melirik sekilas ke cermin, lalu berjalan ke arah pintu.
"Ada apa Ibu?"
Ibu andin masuk dengan kursi roda-nya, tampak letih namun ada binar di matanya.
"Ini sayang, ibu buatkan kue untuk bos kamu sebagai tanda terima kasih ibu. Ibu benar-benar bersyukur kamu mendapatkan bos sebaik itu Andin. Entah apa yang terjadi pada ibu kemarin kalau saja sopir kantormu tidak menjemput kesini."
Andin menghela napas, mengingat kejadian kemarin. Ibu menelpon dengan suara cemas kemarin siang, ade sakit dan harus dibawa ke rumah sakit. Sementara keadaan ibu yang memakai kursi roda tidak memungkinkan untuk membawanya ke rumah sakit, dan lagi ibu tidak memiliki uang sama sekali. Andin meluncur pulang begitu mendengar kabar tersebut, diantar sopir kantor. Andinpun tidak memiliki simpanan uang, uang yang ia hasilkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untung saja bosnya bersedia meminjamkan uang. Harus berterima kasih? Yah mungkin seharusnya Andin berterima kasih, kalau saja ibunya tau, apa yang Andin lakukan untuk mendapatkan uang tersebut.
"Kok malah melamun sayang? Ini kue-nya, jangan lupa dibawa. Kamu mau berangkat kerja sekarang?"
Andin tersadar dari lamunanya. "Hmm iyah bu, Andin berangkat sekarang yah bu, takut kesiangan. Andin ada meeting nanti jam 12.00 siang"
"Iyah sayang, hati-hati yah..."
"Iya ibu... Saya pergi.. Assalamualaikum.." Andin mengucapkan salam, sambil keluar kamar dan menengok ke arah adiknya yang sedang tidur.
"Andin titip ade yah bu, kalau ada apa-apa, telpon Andin saja ke HP."
"Baik Nak.. Kamu hati-hati yah.."
=======
"Tok tok tok.." Anding mengetuk pintu bernomor 451 itu dengan perlahan, 5 menit menunggu tidak ada jawaban. Andin mencoba mengetuk pintunya lagi namun tetap tidak ada jawaban. Ia meraih gagang pintu dan memutarnya, ternyata tidak dikunci. Andin berjalan masuk ke dalam, melihat serpihan kelopak-kelopak mawar merah yang menuntunnya ke arah kamar tidur. Aah.. Bunga mawar! Kutuknya dalam hati. Bukannya ia tidak menyukai hal romantis, mungkin ia akan menyukainya bila yang melakukan hal tersebut adalah kekasihnya, bukan client-nya. Ia kesal bila client-nya berlagak romantis dan puitis. Seakan menghadapi mereka yang tergila-gila dengannya tidak cukup membuatnya muak. Ia hanya ingin langsung ke urusan sebenarnya dan menyelesaikannya, agar ia bisa langsung meluncur pulang, kembali ke dalam dunia nyamannya.
Andin terus berjalan mengikuti arah kelopak mawar merah yang menuju ke arah kamar tidur, "Masih kosong" pikirnya. Lalu ia berjalan masuk ke kamar tidur, ingin merebahkan badannya sejenak. Baru beberapa detik ia merebahkan tubuhnya ke atas kasur, tiba-tiba ada suara langkah kaki dari arah kamar mandi.
"Cepat sekap diaaa!!" Teriak suara seorang perempuan.
Andin tersentak, ia kontan bangun dan duduk, namun ia terlambat, dua orang lelaki telah menyergapnya, memegang erat pergelangan tangannya. Andin berontak, tak berdaya, ia bingung apa yang sedang terjadi.
"Kamu! Dasar perempuan murahan! Kamu yang selama ini telah menggangu rumah tangga saya! Hari ini kamu janjian dengan suami saya kan disini!"
Andin menangis dalam hati, "Oh ampuni saya ya Allah...".
"Cepat kalian kerjai dia, sampai mati juga tidak apa-apa!" Perempuan itu menyalak dengan galaknya.
Andin meronta, melawan sekuat tenaga. Namun ia tidak kuasa melawan dua lelaki tersebut. Andin menangis, terus menangis, lama kelamaan kesadarannya hilang, dan iapun jatuh pingsan.
=======
Andin membuka mata, terbangun dengan perasaan nyeri di seluruh badan. Kemudian ia teringat kejadian yang baru saja menimpanya, ia menangis lagi. Andin mencoba menggerakkan badannya, melirik ke arah tepian tempat tidur, wanita itu masih ada disana.
"Ooh sudah sadar rupanya putri tidur kita! Sudah puas dirimu? Itulah ganjaran bagi yang mencoba merusak rumah tanggaku!"
Andin mencoba bangkit dari tidurnya, namun badannya terasa lemas sekali, sekujur tubuhnya nyeri, pandangannya kabur, memutih.
"Ayo kaliaan berdua, buat apa kalian bengong disitu, cepat sekap dia lagi!"
"Ampuun.. Ampuun Bu... " Andin mencoba berkata-kata, namun percuma, kepalanya pusing, badannya sakit, pandangannya makin kabur.
"Apa katamu? Ampuuun? Suami saya jarang pulang sekarang, kalaupun pulang sudah lewat subuh! Dan sekarang ini dia minta cerai! Karena apalagi kalau bukan karena kamu??"
Andin terdiam, ia tak mampu mengeluarkan kata-kata lagi, ia sudah sangat lemas. Ia teringat ibunya di rumah, teringat adiknya yang sedang sakit. Semenjak ayahnya meninggal karena kecelakaan dan ibunya cacat, Andin lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Dirinya yang hanya tamatan SMA tak banyak dibutuhkan untuk perusahaan-perusahaan. Hingga akhirnya ia terjerembab di lembah kenistaan. Mungkin terdengar klise, tapi ia harus memberi nafkah ibunya, adiknya. Andin tertegun, menangis dalam hati.
"Ampuni aku ya Rabbi..." isaknya lemah.
Sementara kedua lelaki dan nyonya besar itu terus menyiksanya, menyayat pipinya dengan silet, menyundut kedua tangganya, Andin merintih lemah, pandangannya makin kabur. Samar ia melihat bayangan ibunya, berdiri cantik berpakaian putih, "Aaah ibu seperti bidadari surga" pikirnya. Lalu ia melihat adiknya, berlarian bermain bersama kawan-kawannya, tampak sehat dan bahagia. Andin merasakan kesadarannya makin jauh, pandangannya makin kabur, ia bahkan tidak dapat lagi merasakan tubuhnya, tak mampu menggerakan kakinya. Saat perlahan kehilangan kesadarannya, Andin teringat akan Tuhannya, akan dosa-dosanya. Andin menangis, rasanya malu menghadapMu dengan keadaan seperti ini Ya Allah. Andin berdoa dalam hati... "Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba ya Allah. Hamba sesungguhnya malu memohonkan ini padaMu ya Allah, namun sekiranya Engkau berkenan, masukkanlah hamba dalam golongan orang-orang yang kau beri ampunan ya Allah.. Sesugguhnya kepadaMu-lah sebaik-baiknya tempat kembali. Amiin.."
Andin semakin kehilangan kesadarannya, samar ia mendengar lantunan lagu...
"ini hidup wanita si kupu-kupu malam
bekerja bertaruh seluruh jiwa raga
bibir senyum kata halus merayu memanja
kepada setiap mereka yg datang
dosakah yg dia kerjakan
sucikah mereka yg datang
kadang dia tersenyum dalam tangis
kadang dia menangis di dalam senyuman
oh apa yg terjadi, terjadilah
yg dia tahu Tuhan penyayang umatnya
oh apa yg terjadi, terjadilah
yg dia tahu hanyalah menyambung nyawa"
Andin yakin akan cintanya pada Tuhannya... pandangan dan kesadarannya makin kabur... "La illahailallah, Muhammad durrosulullah". Andin menutup matanya, larut dalam kehampaan bersinar terang di hadapannya. Ia terlarut dalam tidur abadinya.
* Note :
- Inspired by this song
- Cerita dan nama adalah hanya rekayasa, bila ada kemiripan, maafkan :)