Sunday, March 26, 2006
She Said
Kau coba isi hariku
Dengan tawa canda dan cinta semata
Lalu kau pinta ijinku
Untuk memiliki hatiku dan menjaganya
Aku percaya...
Saat kejenuhan melanda
Dan kau memilih dirinya
Kau mendua.. bercumbu... tergoda...
Lalu kau berkata padaku
"Cukuplah kita sampai disini saja..."
Namun ku tetap menunggu
Karena jauh di lubuk hatiku
Ku yakin dirimu... Akan kembali padaku..
Aku percaya...
Dan kini kasih...
Setelah sekian lama kita merajut cinta
Mengaitkan benang rindu dan asmara
Kau pinta ijinku untuk mengembara
Berkelana jauh ke negeri sana...
Haruskah aku tetap percaya?
Menunggumu dengan balutan rindu
Selimut keraguan dan cemburu..
Aku memilih untuk percaya
Bukan padamu duhai kasihku...
Namun pada Tuhan yang Maha Kuasa
Atas cinta dan kasih yang kumiliki
Untukmu di dalam dada...
Aku percaya...
Akan datang saatnya
Seorang tersenyum lembut dan berkata syahdu
"Percayakanlah hatimu padaku...
Kan kujaga dengan hidupku..."
Dan saat itu... Aku kan percaya...
-----------------------------
26 March 2006
11.01 PM
Percakapan Hati
Chika dan Adhist membaringkan tubuhnya di atap apartment Chika sambil menatap langit. Weekend ini, Chika agak malas menghabiskannya dengan Bejo, jadi ia memutuskan untuk menginap di apartment Adhist, toh Adhist jomblo, jadi ia tidak akan mengganggu acara malam minggunya. Mereka berbaring terlentang, hanya beralaskan kursi malas dengan busa tipis seadanya. Mereka berdua memandangi langit, tenggelam dalam lamunan dan pikirannya masing-masing, kemudian Chika memulai pembicaraan.
"Kira-kira, dari atas sana, Allah melihat diri gue sebagai apa yah?"
"Maksud lo?"
"Iyah, sebagai apa. Allah menakdirkan gue lahir sebagai manusia, yang sebelum lahir ke dunia ini, gue diambil sumpah bahwa gue beriman hanya kepada-Nya. Tapi, selama ini gue berikrar bahwa gue beriman kepada-Nya, apakah Ia juga mengakui gue sebagai umat-Nya?"
"Hmmm.. Dunno... Berusaha aja Chik, berdoa.... Tawakal..."
"Yes, I know... I’m just curious... Apakah bagi-Nya, gue terlihat sebagai setitik debu yang berusaha menggapai sinar-Nya, ataukah hanya setitik debu yang bahkan tidak terlihat olehNya..."
"Iya yah... Gue juga ga tau diri gue ini apa..." Adhist bergumam, mencoba menelaah pertanyaan Chika.
"Gue tuh takut banget, gue takut timbangan gue berat ke kiri, bukan ke kanan. Gue takut, akan adzab Allah yang akan menimpa gue. Gue takut."
"Itu sudah hak Allah... Lo ga berhak untuk menilai dan memutuskan sendiri. Boleh jadi hal yang lo anggep baik, ternyata ga baik di mata Allah. Itu hak Allah... Kita tidak berhak menilai seseorang, termasuk diri kita sendiri. Kita hanya bisa pasrah dan berdoa, memohon, agar kita termasuk golongan orang-orang yang mendapat ampunanNya."
"Tapi kan, terlalu percaya diri atas ampunan Allah ga baik juga. Nanti kita seenak-enaknya dalam hidup, mikirnya tobat toh bisa nanti-nanti aja."
"Iyah gue tau.. Rasa was-was dan merasa “kecil” di hadapan Allah memang perlu. Tapi kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah SWT. Pasrah, hilangkan diri, berusaha timbulkan suara hati. Kalau hati was-was, dzikir obatnya..." Adhist mencoba menenangkan gundah hati sahabatnya.
"Gue tuh selalu mikir, apa yang gue sudah lakukan selama ini, kayaknya ga pernah bermanfaat buat orang lain, hanya diri sendiri. Hidup gue hanya buat diri gue sendiri, paling banter keluarga gue. Kayaknya tiap detik hidup gue, hanya ada dosa dan melupakan diriNya. Kaya sekarang, ilmu yang Allah titipkan di dalam tubuh gue ini aja, gue ga bisa salurkan ke orang lain. Gue ga jadi dosen, gue ga bikin suatu aplikasi dari ilmu gue yang bermanfaat bagi orang lain, nothing, a big null. I’m just a big looser. Sementara setiap detiknya, dosa dan kealpaan gue pasti bertambah. Solat gue bolong-bolong, ngaji gue jarang."
"Belum aja kali. Semua ada waktunya, ada rejekinya. Lo hanya harus bersabar. Kalo sudah tiba saatnya, akan ada peluang untuk meneruskan ilmu yang ada di dalam tubuh lo... Sabar.. Berbaik sangka dong dengan keputusan Allah.. :) " Adhist tersenyum...
"Kalo masalah solat dan ngaji, lo aja yang males.. Hahahaha." Adhist menggoda sahabatnya, mencoba membuatnya sedikit tersenyum.
Chika membalas senyumannya, dengan sedikit terpaksa... Hatinya masih terasa gundah...
"Iyah.. I know... Kadang tuh dalam diri gue timbul keinginan yang sangaaaat kuat untuk berubah. Gue pengen lebih rajin solat, lebih sering ngaji, lebih berusaha untuk mendekatkan diri kepadaNya. Gue ingin dekat, gue ingin merasa setiap saat gue mencintaiNya dan gak pernah ada rasa keraguan ataupun kehilangan cinta kepadaNya. Gue pengen rasa itu konstan ada di hati gue. "
"Wajarlah, kalo ada suatu masa, lo merasa iman lo lagi berkurang... Kata orang, iman itu memang naik turun Chik... Makanya mohon kepadaNya... Di saat-saat seperti ini harusnya lo merasa, betapa gak berdayanya diri lo... Bahkan untuk menyuruh hati lo untuk tetap ingat kepadaNya aja ga bisa... Harusnya berasa kan, yang Maha Suci itu hanya Allah SWT.... Tapi syariat ga boleh naik turun, itu wajib :) hehehehe... "
Chika terdiam... Omongan Adhist ada benarnya... Bahkan hati dan rasa yang ia akui milik dirinya, ternyata bukan miliknya... Ia tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri... Ia pasrah....
"Gue pengen deh ikut perkumpulan remaja Islam yuk di mesjid, ikut pengajian... Ikutan yuk Dhist... "
"Ayook sih gue... gue juga pengen banget dari dulu... Tapi ga ada temennya... :D hehehee"
"Iyah, gue juga dari dulu pengen... Itu juga sih sebenernya yang mengganjal dalam hati gue. Kenapa yah gue kaya begini... Untuk ikutan kegiatan gitu aja gue ga berani sendirian, padahal gue berani ke mall sendirian, beli buku sendirian atau ngapain gitu... Padahal gue hanya menghabiskan waktu gue untuk hal yang gak berguna... Sedangkan untuk ikut remaja mesjid, gue malu sendirian... Kayaknya setan bener-bener sudah menipu daya diri gue. Di saat gue mau melakukan hal yang bener, setan membuat diri gue was-was dan malu-malu..."
"Iyah, lo ada benernya.... Betapa kita ga kuasa akan diri kita sendiri yah Chik..."
"Emang... Bener banget.... Padahal kalo kita mati nanti, kan kita sendiri. Dan akan dimintai pertanggung jawabannya sendiri. Gak akan ada orang yang mampu membantu kita, kecuali ampunan dan ridho Allah SWT dan juga syafaat dari Rosulullah SAW. Tapi gimana Rosul mau membantu kita, kalo ia tidak mengenali kita sebagai umatnya. Kalau kita tidak pernah mengirimkan salam kepada beliau."
Keduanya terdiam. Tersadar akan kekerdilan dirinya masing-masing. Betapa besarnya Allah SWT dan betapa kecilnya diri mereka.
"Kalo gue bertaubat sama Allah, kira-kira Allah menerima taubat gue ga yah Dhist? "
"Allah itu kan Maha Pemberi dan Penerima Taubat. Insya Allah, Ia akan menerima taubat lo yang sebenar-benarnya. Asal jangan diulangi lagi dan lo harus menjauhkan diri dari hal-hal yang membuat lo melakukan dosa lagi."
"Iyah. Sebenernya, dalam hati gue udah tau jawabannya. Gue tau Allah Maha Pemberi dan Penerima Taubat. Gue nya aja nih. Duuh.. Bener-bener deh, gue kesel sama diri gue sendiri..."
"Hahahahahahahahaa... Chika, omongan lo daritadi muter-muter tau ga sih. Tadi kan udah kita bahas, kita tuh ga bisa punya kontrol terhadap diri kita sendiri. Kita hanya bisa memohon, agar jalan yang kita tempuh itu, jalan yang Ia ridhoi."
"Hehehehe iya yah... Sebenernya gue udah tau jawabannya dalam hati gue, hati itu sudah memberi tahu yang Hak dan yang Batil. Tapi kita manusia, kadang tidak mau mendengarkan hati. Memilih untuk menutup hati, dan menggunakan indra. Padahal Allah hanya dapat dicapai, dengan hati.
Kita perbaiki diri yuk Dhist. Mulai sekarang kita harus jadi manusia yang lebih baik. Supaya Allah melihat kita sebagai debu yang sedang mencari cahaya Nya, dan dibimbing menuju cahaya Nya. "
"Amiin... " Bersamaan mereka berdua mengamini perkataan Chika...
Ya.. Mulai sekarang, kita harus menjadi lebih baik lagi.. Lebih cinta lagi, kepada yang Maha Abadi, Maha Besar, Maha Suci... Allah SWT...
*Ya Muqolibal Qulub. Sabit qulbi ala diynika.
Ya Allah yang Maha Membolak Balikkan hati. Tetapkanlah hatiku dalam agamaMu.
Amiin...
[Allah SWT itu bukan nama, bukan benda namun Ia nyata. Hanya dapat diraih oleh hati orang-orang beriman, yang telah melihat cahayaNya]
Saturday, March 25, 2006
Sengsara Karena Surga
-----------------------------------
Sengsara Karena Surga
(Oleh Amiruddin Syah)
"Cerita surga yang mempesona
menjadi rebutan bagi manusia.
Karena bidadari menanti disana.
Sambil merayu dan menggoda.
Diwajahnya memancar senyum ceria.
Disana mengalir sungai jernih.
Perawan suci, halal, bersih*
Manusia membawa nafsunya.
Mereka lupa mencari Allah.
Tidak mengenal Rasul Allah.
Kebohongan terjadi waktu dzikrullah.
Akibatnya sengsara di alam barzakh."**
* Surat Ar-Rahman 55;56
** Surat Al-Mu'minun 23;100
Thursday, March 23, 2006
Cinta
Seringkali kita dibuat terlena
Melupakan agama... Melewati norma...
Tenggelam...
Terserap...
Tergulung dalam rasa manis bernama cinta...
Kita lupa..
Kita terbius..
Seakan setiap tarikan nafas
Tercipta untuk dia..
Di akhir masa...
Saat cinta mulai terasa basa
Diri mulai meraih kesadarannya
Terhenyak akan kelamnya masa yang selama ini
Kita banggakan kepada dunia...
Kita tinggikan derajatnya...
Saat kelam datang
Dan dinginnya malam menerjang
Mengetahui kelak kita akan dipanggil sendirian
Membuat diri tersentak
Dan berpikir sejenak
Sudahkah cinta membuat kita bahagia?
Membuat kita dewasa dan memaknai hidup
dengan semestinya..
Ataukah cinta telah menyeret kita
Menjadi para pendosa?
* Inspired by soulmate.com
Tuesday, March 21, 2006
The Life I Live in
I lied down on my bed last night, trying to sleep. Like any other night, I was wondering, what did I do today?
I get up in the morning, feel a bit dizzy. It's probably because I didn't have enough sleep in the night, thinking of what I was doing in day time. I can't think of anything worthwhile. I was just going to work, went home, sleeping and doing the same thing the next day. It was so boring. It's meaningless. It was like if I didn't present at my life, it wouldn't make any difference. It's just a monotonous routine that I have to be doing everyday.
I want to be worthwhile.. Not important, but worthwhile...
Monday, March 20, 2006
Bleed
Altough to your heart it demands
But this time..
My heart can't take it anymore
Sunday, March 19, 2006
I Carry Your Heart with Me
Gue nonton film In Her Shoes beberapa minggu yang lalu, ada puisi keren =D
This is it.
I Carry Your Heart With Me (EE Cummings)
I carry your heart with me (I carry it in my heart)
I am never without it
(anywhere i go you go,my dear; and whatever is done
by only me is your doing,my darling)
I fear no fate(for you are my fate,my sweet)
I want no world(for beautiful you are my world,my true)
And it's you are whatever a moon has always meant
And whatever a sun will always sing is you
Here is the deepest secret nobody knows
(Here is the root of the root and the bud of the bud
And the sky of the sky of a tree called life;which grows
Higher than the soul can hope or mind can hide)
And this is the wonder that's keeping the stars apart
I carry your heart(I carry it in my heart)
Friday, March 17, 2006
Thursday, March 16, 2006
Angel
When the mouth speaks deceits
Rather than the honesty
It was when my heart speaks the truth
And seek for its mate
For the times I don’t come clean
And hide behind the shades of lies
Not that my heart told me to do so
It was my mouth speak its dread
Of loosing and desperation
It wasn’t me who stand straight
And became the guidance of the life you were living
It was you who compose and complete the life
I’ve been living...
You are my angel...
You are the love of my life...
For times that may came upon us
Let it reveal the untold secret that has been kept in silence
And buried overtime
And when that time comes
Let it be you, my angel... appear as the one who forgives...
For the sin I have been concealed in silent...
Thursday, March 16, 2006
10.50 PM
Wednesday, March 15, 2006
Metamorphoself
Tadi gue iseng-iseng browse temen-temen gue di friendster, dari mulai temen sd, smp, sma sampe temen kuliah, gue perhatiin banyak banget perubahan pada mereka.
Tuesday, March 14, 2006
Horaaaay
Thursday, March 09, 2006
Life's Hard
Maybe deaths are even harder...
I'm not complaining, I am just saying...
Life's hard...
Nobody said it was easy...
But no one ever said it would be so hard..
Oo.. Take me back to the start...
*Sounds familiar huh? Aaarrgghhh!! My mind's playing tricks on me...!!!!*
- 8.28 PM. Still in the office. Life's hard -
Wednesday, March 08, 2006
Something
half conscious
trying to stay awake
and keeping myself sane
there's something wrong
something's missing
i can't figure what that was
and nobody ever tell me
could it be You that I was searching?
could it be Your presence would fill everything?
this loneliness...
darkness..
despair..
clueless...
helpless...
Ooh Dear, where in the world must I go to find You?
Goodbyes
Kemaren malem gue mimpi yang tidak mengenakkan. Dalam mimpi itu gue disuruh, dipaksa, terpaksa berpisah dengan orang yang gue sayang. Tanpa pemberitahuan dulu, tanpa gue sempet mengatakan selamat tinggal. Gue bangun, bengong. Sedih dengan perasaan hampa dan kesepian yang sempet hadir dalam mimpi gue, karena udah kehilangan orang yang gue sayang. Bener kata orang, you don’t know what you got till u loose it...
Gue jadi mikir, selama ini mungkin kita hidup dalam suatu “lingkaran nyaman” yang isinya kita dan orang-orang yang sayang sama kita, orang-orang terdekat kita.
Makanya gue benci perpisahan. Gue benci kehilangan. Gue benci harus keluar dan kehilangan "lingkaran kenyamanan" gue. Gue memilih untuk mempertahankannya. Meski kadang hidup dalam “lingkaran kenyamanan” itu tidak selamanya nyaman, tidak selamanya aman. Banyak rasa dalam hati harus dikorbankan, bahkan diri harus dikorbankan... Tapi gak, mengucapkan Selamat Tinggal bukan pilihan bagi gue... Gue akan coba mempertahankan... Meski gue tau, ada kekuatan besar yang bisa merubah semuanya, mentakdirkan gue untuk kehilangan "lingkaran kenyamanan" gue... Mungkin nanti kalo sampai terjadi, gue bisa pasrah.. Menyerah... Memilih antara bertahan.. atau mati...
Bukan Aku
"Kemanakah kau akan pergi?"
"Aku tidak tahu..."
"Tinggalah disini sebentar lagi... Kumohon..."
"Aku tidak bisa... Maafkan aku...."
"Kau tau
"Aku tidak bisa... Dia telah menungguku..."
"Tundalah kedatanganmu padaNya.... Aku membutuhkanmu... Aku inginkan dirimu disini sayangku..."
"Aku tahu... Tapi aku membutuhkan Dia untuk diriku, untuk hidupku, untuk matiku... Untuk Dialah aku hidup...."
"Jangalah begitu sayangku, aku dapat memberikan apapun yang kamu mau... Kita berdua tau aku dapat memberikan kasih sayang yang dapat kau nikmati.... Seperti yang kau mau..."
"Kau tidak mengenalku jikalau kau berkata seperti itu... Kurasakan sayang yang semu dari dirimu... Bagaimana kau akan memberikan seluruhnya padaku, jikalau kau tidak memiliki satu apapun... Aku inginkan lebih... Aku butuh sesuatu yang pasti, yang dapat meredakan gundah di hati ini... Aku butuh pelindung, aku butuh pegangan hidup, aku butuh tempat untuk bersandar... Aku butuuuh.. Aku butuh Dia...
Maafkan aku namun aku harus meninggalkan ini semua.... Aku harus pergi... Mungkin aku akan kembali padamu, jikalau sekiranya Ia mengijinkanku tuk kembali padamu... Aku harus pergi, ini untuk aku... untuk diriku... Maafkan aku duhai sayangku... Aku yakin, kau akan segera temukan tempat bersandarmu... dan untuk saat ini, itu bukan aku...."