Tiga tahun lalu, pertama kali aku mengetahui keberadaanmu
Mengenal namamu, melihat keindahan wujudmu
Saat itu kau buat aku terkesima
Kau membuat aku bermimpi
Mimpi yang sangat indah dan tinggi
Dengan segala keindahan yang kau janjikan
Serta jaminan masa depan yang melenakan
Kuperhatikan kau dari jauh
Sambil mengamati kriteria yang sekiranya membuat hatimu jatuh
Membuatku tersadar... Apa yang kupunya belumlah cukup
Untuk membuat aku pantas bersanding di sampingmu
Satu tahun ku menunggu, sambil terus kupelajari segala tentangmu
Hingga tahun kedua datang
Dan kurasa persiapanku cukup matang
Aku menuliskan sebuah surat cinta
Dengan segala kata-kata manis dan jaminan keindahan
Yang akan terwujud jika kau labuhkan hatimu padaku
Kutulis rapih pada berlembar-lembar kertas
Bahkan ku semportkan parfum terbaikku
Kupikir kan menambah keindahan suratku padamu
Tak lupa kusertakan doa
Segala cita, mimpi dan harapan
Dariku untukmu seutuhnya...
Sebulan... Dua bulan kutunggu balasanmu
Hingga amplop putih tipis itu mampir ke meja di kamarku
Aku membuka dengan segenap harapan
Cintaku tak bertepuk sebelah tangan
Ternyata isinya diluar dugaan
Kau menolak cintaku
Aku belum cukup baik, katamu
Ada beribu surat yang mampir ke alamatmu
Dan aku... tak berhasil menarik hatimu
Aku sungguh kecewa
Berhari-hari aku tak bisa tertawa
Hanya tersenyum kecut dan menjalani hidup setengah nyawa
Aku terdiam... tertelan oleh mimpiku sendiri
Akan keindahan hidup yang kan kujalani bersamamu
Tahun ketiga datang
Kali ini persiapan kubuat lebih matang
Setahun sebagai tambahan waktu
Bagiku untuk lebih mengenal dirimu
Dan tahun ini surat cinta dariku kembali kulayangkan
Tak lupa kusertakan doa
Segala cita, mimpi dan harapan
Dariku untukmu seutuhnya...
Kutambahkan kecup bibir merah di akhir surat
Sekiranya dapat membuat hatimu terpikat
Dua bulan... Tiga bulan... Lagi-lagi ku menunggu balasanmu
Dan masih amplop putih tipis yang mampir ke mejaku
Aku sudah mengerti isinya
Tanpa harus membuka kemasannya
Sudahlah... Pikirku
Tak apa sekali lagi kau menolak cintaku
Setidaknya kau telah menyadari keberadaanku
Dan telah meluangkan waktu tuk sekedar membalas surat cintaku
Tak apa sayang...
Seribu kali kau menolakku
Seribu kali pula kan kembali ku kirimkan
Beserta segala doa dan harapan...
Mungkin suratku yang ke 1001 akhirnya akan membuat hatimu luluh
Namun hari ini suatu hal yang tak kusangka terjadi
Sebuah surat cinta berisikan cita dan harapan mampir ke mejaku
Sebagai balasan dari surat yang dahulu kukirimkan
Meski hanya setengah hati dan tanpa pengharapan
Saat putus asa menyerang, di tengah penantianku padamu
Aku dibuat bingung sayang...
Apakah surat cinta yang tak kuingini ini ternyata yang kubutuhkan
Yang dapat memberiku kenyataan dan kepastian
Tak seperti dirimu yang selama ini hanya menampilkan harapan keindahan
Tanpa sedikit celah tuk terwujudkan...
Aku semakin bingung sayang...
Bila kau tanya diriku sekarang
Kan kujawab pasti, hatiku hanya milikmu seorang
Haruskah kuterima cintanya sayang?
Mungkin nanti... Nanti kan kujawab surat cintanya...
Meski aku belum tau apa isinya
Bila suatu hari nanti kau temui aku bersamanya
Jangan salahkan aku...
Jangan bilang aku tidak menantimu...
Mungkin saat itu aku sudah lelah...
Dan menyadari, bahkan surat ke 1001-ku
Tak kan membuatmu hatimu luluh
Dan bergemuruh menyambut cintaku...