Berita korban kecelakaan kereta api di kalibata. Click here.
Saat membaca berita tersebut, gue jadi ingat kejadian beberapa bulan lalu, tepatnya pada bulan puasa tahun 2005. Seorang teman kantor meninggal dunia karena kecelakaan. Meski bukan kecelakaan kereta api seperti cerita tersebut namun ada kemiripan diantara keduanya, yaitu peristiwa penjarahan terhadap setelah kecelakaan. Disebutkan pada artikel tersebut bahwa barang-barang berharga milik korban raib entah kemana. Serupa dengan kejadian yang menimpa almarhum teman gue itu. Almarhum mengalami kecelakaan motor. Tertabrak kendaraan bermotor lainnya saat hendak berangkat ke kantor lalu jatuh. Kemudian ia dibawa ke rumah oleh beberapa warga dan kemudian meninggal dunia. Yang membuat tidak habis pikir pihak keluarga ialah bahwa motor yang dikendarainya raib entah kemana. Seakan nasib korban
tak cukup naas dengan meninggal karena kecelakaan, ditambah dengan penjarahan barang berharga miliknya.
Mungkinkan penyebab ini semua adalah tuntutan hidup? Karena hidup semakin susah, untuk makan pun susah sehingga beberapa orang memilih untuk mencuri, mengambil barang milik orang lain. Seperti kebanyakan berita di TV, orang saling membunuh. Seorang membunuh korban yang yang berhutang padanya krn korban tidak membayar hutang atau pihak yang berhutang merasa terlilit dengan ditagih terus-terusan kemudian membunuh pihak yang memberi hutang atau bahkan bunuh diri. Seakan rumus hidup sekarang ialah membunuh atau terbunuh. Ga tau deh, gue bukan di pihak yang bisa dan berhak menilai.
Satu hal yang mungkin bisa dipelajari dari kejadian kejadian diatas ialah bahwa benar adanya urusan hidup dan mati ada di tangan Allah. Kapan saja, dimana saja dan bagaimanapun caranya, sewaktu-waktu maut akan mendatangi kita. Baik kita siap maupun tidak, saat waktunya tiba, tidak akan ada lagi penangguhan waktu, perpanjangan hidup dan toleransi, takdir itu akan tetap datang kepada kita. Namun selama hidup kita bisa terus berusaha dan berdoa, memohon agar ketika waktunya tiba, kita dipanggil dalam keadaan Khusnul Khotimah dan menghadapNya dengan senyum di wajah... Amiiin.. Amiiiin..
Saat membaca berita tersebut, gue jadi ingat kejadian beberapa bulan lalu, tepatnya pada bulan puasa tahun 2005. Seorang teman kantor meninggal dunia karena kecelakaan. Meski bukan kecelakaan kereta api seperti cerita tersebut namun ada kemiripan diantara keduanya, yaitu peristiwa penjarahan terhadap setelah kecelakaan. Disebutkan pada artikel tersebut bahwa barang-barang berharga milik korban raib entah kemana. Serupa dengan kejadian yang menimpa almarhum teman gue itu. Almarhum mengalami kecelakaan motor. Tertabrak kendaraan bermotor lainnya saat hendak berangkat ke kantor lalu jatuh. Kemudian ia dibawa ke rumah oleh beberapa warga dan kemudian meninggal dunia. Yang membuat tidak habis pikir pihak keluarga ialah bahwa motor yang dikendarainya raib entah kemana. Seakan nasib korban
tak cukup naas dengan meninggal karena kecelakaan, ditambah dengan penjarahan barang berharga miliknya.
Mungkinkan penyebab ini semua adalah tuntutan hidup? Karena hidup semakin susah, untuk makan pun susah sehingga beberapa orang memilih untuk mencuri, mengambil barang milik orang lain. Seperti kebanyakan berita di TV, orang saling membunuh. Seorang membunuh korban yang yang berhutang padanya krn korban tidak membayar hutang atau pihak yang berhutang merasa terlilit dengan ditagih terus-terusan kemudian membunuh pihak yang memberi hutang atau bahkan bunuh diri. Seakan rumus hidup sekarang ialah membunuh atau terbunuh. Ga tau deh, gue bukan di pihak yang bisa dan berhak menilai.
Satu hal yang mungkin bisa dipelajari dari kejadian kejadian diatas ialah bahwa benar adanya urusan hidup dan mati ada di tangan Allah. Kapan saja, dimana saja dan bagaimanapun caranya, sewaktu-waktu maut akan mendatangi kita. Baik kita siap maupun tidak, saat waktunya tiba, tidak akan ada lagi penangguhan waktu, perpanjangan hidup dan toleransi, takdir itu akan tetap datang kepada kita. Namun selama hidup kita bisa terus berusaha dan berdoa, memohon agar ketika waktunya tiba, kita dipanggil dalam keadaan Khusnul Khotimah dan menghadapNya dengan senyum di wajah... Amiiin.. Amiiiin..