Tuesday, June 27, 2006

Don't Sleep Away This Night

My current song :D
It makes my heart melt...

Tomorrow's near, never I felt this way
Tomorrow, how empty it'll be that day
It tastes a bitter, obvious to tears to dried
To know that you're my only light
I love you, oh I need you
Oh, yes I do

Don't sleep away this night my baby
Please stay with me at least 'till dawn
It hurts to know another hour has gone by
And every minute is worthwhile
Oh, I love you

How many lonely days are there waiting for me
How many seasons will flow over me
'till the motions make my tears run dry
at the moments I should cry
for I love you, oh I need you
Oh, yes I do

Don't sleep away this night my baby
Please stay with me at least 'till dawn
It hurts to know another hour has gone by
And every minute is worthwhile
It makes me so afraid

Don't sleep away this night my baby
Please stay with me at least 'till dawn
It hurts to know another hour has gone by
The reason is still I love you

Monday, June 26, 2006

Lho? Itu kan Anak Saya

Dua orang ibu-ibu, kakak beradik, sedang duduk nyaman di kursi belakang mobil sedannya. Dengan seorang supir yang mengemudikan mobilnya dengan tenang dan cekatan. Lalu tiba-tiba saja, dari arah kanan ada motor yang ngebuuuuut sekali melaju kencang menuju ke arah yang sama dengan mobil yang ditumpangi ibu-ibu itu. Sang supir yang kaget dengan keberadaan motor berlaju kencang itu tidak sempat menginjak rem, lalu "BRAAAAK!!!!". Mobil tersebut menabrak motor berlaju kencang itu. Sang pengendara motor yang terlontar dari motornya terkapar tak berdaya di bawah kolong mobil sang Ibu-ibu. Badannya berada di bawah mobil, sedangkan kepalanya menjulur keluar dari bawah badan mobil

Ibu-ibu yang kaget dan jengkel dengan kelakuan pengendara motor langsung terpancing emosinya. Ibu pertama membuka jendela, saat jendela masih terbuka setengah sang Ibu kedua sudah menjulurkan kepalanya keluar untuk melihat sang pengemudi motor ugal-ugalan. Dengan jengkelnya, si Ibu kedua berkata

"Duuuh nyupirnya kaya begitu banget! Siapa sih Ibunya. Gak diajarin apa sama Ibunya!"

Ibu pertama yang tak kalah gemasnya ikut melihat keluar, hendak ikutan marah seperti Ibu kedua. Saat Ibu pertama melihat keluar alangkah kagetnya, ia kontan berkata "Lho? Itu kan Anak Saya?"

--------------

Kejadian ini benar-benar terjadi. Seperti diceritakan oleh adik saya :D

Friday, June 23, 2006

Menjadi Spesialis

Beberapa waktu yang lalu, saya terlibat argumentasi dengan seorang teman mengenai blogging tools yang paling favorite. Pertimbangannya adalah blogging tools yang baik, nyaman dan mudah digunakan. Saya memilih blogger karena tampilannya yang editable sehingga tampilannya dapat dipercantik sesuai kreasi pemilik blog. Sedangkan teman saya, yang merupakan blogsome user mengatakan, lebih enak menggunakan blogsome. Percakapan kami, kira-kira sebagai berikut.

“Blogsome bisa di ganti-ganti gak sih tampilannya? Gue dulu pernah coba wordpress dan ternyata gak bisa, padahal wordpress enak, ada category-categorynya dan ada icon smiley nya.”

“Bisa kok sepertinya. Ah tampilan yang simple-simple dan standard-standard aja. Yang penting kan kualitas tulisannya.”

“Iya sih... Tapi kalo tampilannya keren kan enak dilihat. Bikin tambah betah.”

“Udahlah yang standard-standard aja. Nanti kebanyakan mikirin tampilan, malah isi tulisannya gak bermutu lagi, gak berisi. Yang penting kualitas isinya ;) “

Saya yang pada saat itu merasa tersindir [ya yaa saya akui, tulisan saya memang tidak bagus dan tulisan dia memang lebih berbobot. Tapi siapa sih yang tidak ingin menulis bagus & menarik] merespon sedikit defensif ;)

“Biarin aja. Gue suka kok.” Titik. Saya tidak menghiraukan perkataannya setelah itu.

Meski saya akui perkataannya ada benarnya juga, tak dapat dinyana bahwa hal tersebut menggelitik saya untuk berpikir lebih jauh. Tentang mengkhususkan diri. Mengambil fokus tertentu dan mendalaminya, tanpa memusingkan hal-hal diluar fokus tersebut. Membuat saya berpikir, mungkin sikap seperti ini ada bagusnya juga. Membuat seseorang menjadi ahli pada suatu bidang sehingga (mungkin nantinya) akan dicari orang lain dan akan meningkatkan “value diri” seseorang tersebut. Contohnya profesi dokter. Semakin ia mengambil suatu spesialis yang spesifik, semakin berhargalah ilmu dan dirinya dan semakin besar pula bayaran yang ia dapat. Salah seorang bos saya yang beristrikan seorang dokter pernah berkata.

“Memang bagus itu mengambil suatu ilmu yang spesifik. Jadi lebih berharga ilmunya.” Misalnya spesialis anak, trus di spesialis lagi balita 0-6 bulan, di spesialis lagi bagian kulit, di spesialis lagi bagian kulit kaki, di spesialis lagi bagian kulit kaki tumit dan telapak kaki, di spesialis lagi khusus mata ikan dan cantengan ;p hehehehe gak deng, saya bercanda

Dilain pihak, saya juga pernah dihadapkan pada suatu kasus dimana dosen di perguruan tinggi saya mengambil suatu ilmu spesifik. Yaitu mendalami ilmu programming FoxPro. Bertahun-tahun ia belajar dan bekerja di bidang tersebut untuk mendalami ilmunya tanpa ia sadari bahwa dunia di sekitarnya berevolusi dan mengalami perubahan. Sementara ia yang berfokus tidak menyadarinya, ia hanya mengupdate perubahan yang terjadi di dunianya. Alhasil saat sekarang semua orang beralih pada Java Programming, J2EE, VB.Net, dll. Ia hanya gigit jari. Alih-alih menjadi ahli yang dihargai, ia malah merasa terbelakang dan ilmunya ketinggalan jaman. Suatu hal yang sangat ironis. Dan sangat bertolak belakang antara si dokter spesifik dan si programmer spesifik, meski mungkin keduanya sama pintar.

Setelah memikirkan mengenai ke-fokus-an dan ke-spesifik-an, saya kemudian berpikir. Apa perlu seperti itu? Apa harus mengkotakkan diri dan menindentitaskannya menjadi spesifikasi tertentu? Apa saya harus mencapkan diri saya sebagai “Penulis Blog yang Baik, diluar itu saya Tidak Peduli” atau malah menjadi “Spesialis Utak Atik Tampilan Tapi tetep Tidak Bagus dan juga Tulisan yang Jelek” ?

Kalau memang seseorang harus menspesifikasikan dan mengkhususkan dirinya pada suatu hal tertentu, apa kabarnya dengan slogan “Think outside the Box”? Yang kerap kali menjadi pecutan bagi semburan kreatifitas dan penghasilan karya banyak pekerja seni, dimana mereka berusaha berpikir diluar kebiasaan dan pakem-pakem yang biasa mereka anut sehingga menghasilkan ide segar nan orisinil. Apakah tidak bisa dan tidak mungkin seseorang menguasai beberapa hal bagus sekaligus? Haruskah diri memilih sesuatu dan menutup diri untuk yang lainnya? Oh mungkin para pekerja seni itu menfokuskan diri untuk meng-Think out of The Box-kan diri mereka, sehingga mereka berhasil menghadirkan ide-ide segar nan kreatif sebagai hasil dari jerih payah mereka memfokuskan dan menspesifikkan diri mereka menjadi pemikir “Out of The Box”. Jadi lagi-lagi, yang sukses adalah yang fokus :)

Ah omongan saya jadi ruwet yah, jadi bolak balik muter kemana-mana. Toh saya bukan pekerja seni, tidak mengerti seni dan saya juga tidak menilai diri saya sebagai seorang yang berseni sehingga dapat menghasilkan karya-karya seni yang indah [tulisan juga karya seni kan? Duuh.. saya kebanyakan menggunakan kata seni yah? Saya jadi teringat akan air seni, bukan kata seni itu sendiri :D ]. Saya hanya menulis apa yang saya suka. Dan menghias blog ini sesuai dengan kata hati saya. Saya tidak menjadi spesialis, saya orang general. Titik :)

PS:- blog ini merupakan hasil kreasi saya yang pertama lho.. ;)
- belakangan ini saya ketahui, bahwa blogsome dapat dikreasikan juga tampilannya, hebat!

Wednesday, June 21, 2006

Udang Goreng Mayonaise

Pertengahan minggu kemarin, minimanimu merayakan hari ulang tahunnya. Sebagai kado dan kejutan, saya membuatkannya salah satu makanan kesukaannya, udang goreng mayonaise :) [padahal saya gak bisa masak, asli deh.. cuma bisa masak telur + mie instant aja. nekat yah.. ]


Jadilah saya browsing mencari resep Udang Goreng Mayonaise. Diantara beberapa resep yang mirip satu sama lain, saya memilih resep ini karena paling simple bahan-bahan dan cara pembuatannya.






Bahan :

250 gr udang ukuran sedang, kupas kulitnya, belah punggungnya
3 sdm mayonnaise
1 sdm susu kental manis
100 gr tepung serba guna (bisa juga menggunakan tepung maizena)
2 butir telur, kocok lepas
garam secukupnya
merica secukupnya
minyak untuk menggoreng

Cara membuat:

1. Campurkan mayonnaise dengan susu, sisihkan.

2. Bumbui udang dengan garam dan merica, diamkan 15 menit. Celupkan udang satu persatu ke dalam telur kocok, lalu gulingkan diatas tepung serba guna hingga semua permukaan udang tertutup tepung. Celupkan kembali udang berbalut tepung ke dalam kocokan telur dan gulingkan kembali ke dalam tepung serba guna. Lakukan kembali utk satu persatu udang yang ada. Goreng udang tepung hingga matang, angkat dan tiriskan.

3. Panaskan wajan bersih, masukkan campuran mayonnaise dan udang goreng tepung. Aduk-aduk hingga tercampur rata. Angkat dan sajikan selagi panas

Waktu memasaknya sendiri cukup singkat, hanya sekitar 30 - 45 menit. Dari pengalaman saya memasak udang goreng mayonaise tersebut, saya lebih menyukai bila tepung yang digunakan ada Tepung Serbaguna merk Royco karena lebih kering dan crunchy :)

Ohya, saat mencelupkan udang ke tepung setelah mencelupkannya ke dalam kocokkan telur, pastikan tidak ada tetesan telur yang menetes ke tepung atau tangan anda yang belepotan telur masuk ke dalam tepung, karena akan membuat tepungnya menggumpal dan tampak jelek melapisi udangnya.

Dan terakhir, pada tahap 3 ditulis bahwa udang & campuran mayonaise dimasukkan pada wajan bersih yang sudah dipanaskan, ketika saya mencobanya udang saya menjadi agak hitam-hitam seperti gosong ;p meski rasanya lebih menyerap dan enak. Jadi kalau anda mengutamakan tampilan, lebih baik melewatkan tahap terakhir. Cukup tuang saus mayonaise ke udang goreng atau cocolkan udang ke dalam saus pada saat memakannya...

Saat saya menulis postingan ini dan menanyakan pendapat minimanimu mengenai udang gorengnya, dia menjawab

"minimanimu : enaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak
minimanimu : minggu ini bikin lagi yaaaaaaaaaaaaaaaaaah sayaaaaaaaaaaaaaang"

Padahal saat pertama kali ia mencoba, ia berkomentar:

"minimanimu : Lumayan juga beib, buat pertama kali masak :D"

Hehehehhee... Senangnya hati saya, hadiah saya berupa masakan pertama saya diterima dengan baik olehnya ;p

Happy Birthday mini!

:)

Monday, June 19, 2006

Keuntungan selama Piala Dunia

Gue merasakan banyak mendapatkan keuntungan selama piala dunia ini. Bukan karena gue punya toko merchandise bola yang langsung laku pas masa gila bola begini dan bukan juga karena gue berkali-kali menang taruhan karena tim yang gue jagoin selalu menang [bukan2x, gue gak melakukan hal-hal diatas], tapi lebih ke arah situasi jalanan selama piala dunia berlangsung.

Bayangin aja, jalanan yang gue lalui buat berangkat kantor tuh biasanya MUACEEEET BANGEEET! Dari arah Ragunan ke Kuningan lewat Buncit tuh udah kartu mati deh, MACET BANGET! Dari mulai keluar tol ampera udah antri, muter balik trus Ragunan ke arah Buncit macet banget terruuuus mulai dari Republika sampe ujung Buncit which is Mampang Prapatan, udah dead lock bagi perjalanan berangkat kantor gue & adik gue setiap paginya. Tapi udah seminggu lebih ini, keadaan jalanan berbeda. Jalanan yang biasa gue laluin itu tiba-tiba lancar dengan dahsyatnya! Paling macet kalau udah sampe lampu merah KFC Buncit, sebelum itu mah lancar pisan... Yang biasanya gue & adik gue berangkat jam 7.00 pagi, nyampe kantor adik gue jam 8.15an dan sampe kantor gue jam 8.45, tapi sekarang gue berangkat jam 7.30 pagi, sampe kantor adik gue jam 8.10 dan sampe kantor gue jam 8.30! Artinya perjalanan yang biasanya gue tempuh selama 105 menit menjadi hanya 60 menit saja saudara-saudara... Hebat banget gak tuh!

Tadinya gue pikir karena anak-anak sekolah lagi libur, tapi setelah seminggu berlalu [gue asumsikan, libur anak sekolah cuma seminggu], jalanan masih lancar abiiisss!! Hehehehe Nah akhirnya gue & ade gue berpikiran, kelancaran yang terjadi belakangan ini dikarenakan Piala Dunia. Jadi orang-orang yang biasanya berangkat pagi, pada kebablasan tidur semua, alhasil berangkat kantor kesiangan dan membuat "saingan" perjalanan gue berkurang jadinya lancar banget deeh.. :)

Aaah andaikan Piala Dunia tak hanya sekejap saja...

Monday, June 12, 2006

The One You Loved

Capek di kamar abis pulang kerja, nyalain AC biar dingin, terus dengerin lagu deh, syahdu beneeeer... Tiba-tiba keinget lagu ini. Lagu yang bagus banget. Salah satu soundtrack dari film independent karya mahasiswa mahasiswi Indonesia yang lagi kuliah di Perth, Australia berjudul "Pelangi diatas Prahara". Filmnya bagus banget, soundtracknya juga mendukung. Lengkap deh... :)

The One You Loved

I want you to know about my past
As much as i dont want you to know
It would not be fair for you
To not know what i've been through

Still i'm afraid to let u know
To share my indecent past
Will u remain unchanged
Will u still love me like you do

If i could just turn back the hands of time
And change it all for you
If i could just erase it all
If only i could
If somehow you decide
That i'm not worth enough
Please remember that i
That i just wanna be the one you loved

If i could just only have one wish
I wish i had a better life
And you'll be by my side
Forever in my life
But my life is made out from the past
So does your life i'm sure
I wonder if u're the one
Who can take me as i am

If i could just turn back the hands of time
And change it all for you
If i could just erase it all
If only i could
If somehow you decide
That i'm not worth enough
Please remember that i
That i just wanna be the one you loved

You know i love you baby
But i dont wanna hold you back now

Tentang Jodoh

Kayaknya kita semua tahu dan pasti yakin kalau jodoh itu di tangan Allah SWT. Sudah ada yang mengatur, sudah ada yang menentukan. Kebesaran dan kepastian tentang hal ini ditunjukkan oleh suatu kejadian yang akan datang dalam hidup saya.

Saya akaaaaaan....

Menikah?

Belum ;p hehehehe yang benar ialah

Saya akaaaan.... Menghadiri pernikahan seorang sahabat.

Dalam waktu pencarian, menunggu, menanti, me-resah sampai basah ;p , mendamba seorang jodoh ini yang bikin deg-degan kali yah. Saya sendiri kaget mendengar berita bahwa sahabat saya itu akan mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi seorang lelaki yang baru menjadi pacarnya selama beberapa bulan. Padahal sebelumnya ia pacaran dengan lelaki lain yang cukup lama... Ah.. Bukan jodohnya, jawaban yang paling praktis, nyata dan tanpa tanda tanya.

Hal lain yang membuat saya juga terkejut ialah melihat latar belakang sahabat saya itu. Dulu, saat kami sama-sama kuliah, ia termasuk orang yang jauuh dari kegiatan berdua-duaan. Bukannya ia tidak tertarik, ia memang tertarik dengan beberapa lelaki teman kampus kami, namun entah kenapa selalu kandas. Lelaki-lelaki itu hanya memanfaatkan kepandaian teman saya [Huuh!] Kemudian kami sama-sama lulus, menempuh jalan hidup masing-masing [cie ilah..]. Saya bekerja, sementara ia meneruskan kuliah. Rejeki yang saya dapatkan dari Allah SWT berupa pekerjaan ternyata diturunkan Allah SWT berbentuk lain kepada sahabat saya, yah itu tadi, ia diberikan rejeki seorang jodoh! Memang rencanaNya tidak dapat kita tebak. Di lain hari mungkin kita mengharu biru karena kekasih namun mungkin di hari lain kita berpeluh keringat mencari kerjaan [tulisan saya barusan kok ga nyambung yah? Cuek ah... Saya cuma mau keluarin uneg2x...]

Anyway, mengenai pernikahan itu sendiri. Bagaimana saya memandang pernikahan... Hmm coba saya pikir dulu. Saya memandang pernikahan sebagai sebuah kegiatan jihad, sebuah ibadah yang saya harapkan akan membuat saya lebih dekat kepadaNya. Sebuah perbuatan yang dilakukan atas dasar cinta kepadaNya dan dalam rangka ingin menjalankan perintahNya. Mengapa demikian? Begini pemikiran saya; Coba kalau dipikir-pikir, bilasaja kegiatan pernikahan, cara-caranya, syarat sah-nya tidak ditunjukkan oleh para Nabi dan Rosul-rosul Allah serta tidak ditunjukkan hukum-hukumnya di Al-Quran, mungkin kita tidak akan mengenal aktivitas yang namanya pernikahan. Mungkin kita akan summen liven [bahasa Belanda/Jerman gitu kata nenek saya, maaf kalau salah spelling] atau kumpul kebo dalam bahasa Indonesia. Mungkin kita akan asal "tubruk" selama suka-sama-suka. Persis binatang, persis kambing yang mau dipotong hehhe [kambing aja, kadang ada yang lari lho karena ogah ditubruk ;p ]

Yah begitulah menurut saya tentang suatu pernikahan itu. Kegiatan untuk mensucikan kedua belah mempelai, baik laki-laki maupun perempuan. Sebuah ibadah. Dan menurut saya nih, dimanapun dan apapun bentuk ibadah kita pasti di ganggu oleh syaitan. Syaitan gak akan suka kalau melihat seorang hamba tenang melenggang mengikuti perintah Allah. Apalagi yang jihad seperti ini. Pasti banyak godaannya. Saya sendiri memang belum mengalami karena saya belum menikah. Tapi kalo melihat keadaa sekitar yang penuh dengan perceraian, perselingkuhan, masya Allah... ngeri rasanya. Begitu susahnya melaksanakan ibadah atas namaMu ya Allah... Begitu susahnya mendekatkan diri padaMu ya Allah...

Kejadian ini juga memantapkan hati saya akan kebesaranNya. Bahwa rejeki datang dari arah yang tidak kita duga :) Saya doakan kepada teman saya, agar selalu mendapatkan perlindungan dari Allah SWT, agar menjadi pasangan dunia akhirat dan dijauhkan dari godaan syaitan yang terkutuk dan terlaknat... Amiin...

PS: Dan semoga teman-temannya [termasuk saya ;p ] diberikan rejeki berupa pernikahan pula pada saatnya nanti... :) Amiin...

Wednesday, June 07, 2006

Antara Sakit Maag & Keinginan menjadi Kurus

Sakit. Perut gue sakit. Sepertinya maag gue kambuh. Sebelumnya gue berpikir kalau sakit bisa bikin cepet kurus, sekarang gue menyesal pernah berpikir demikian karena sakit itu gak enak, bikin serba salah. Seperti yang gue alami sekarang, serba salah dengan perut gue yang sedang terserang maag ini. Kalo lagi laper dan dibiarkan laper, perut gue jadi perih. Tapi kalo gue masukin makanan dan terlalu kenyang, perut gue jadi kembung, begah dan berasa mau muntah. Semua serba salah, gak se-simple biasanya. Laper tinggal makan, kenyang berhenti makan. Selain itu, sore ini saat biasanya gue jajan sama temen kantor gue, gue cuma bisa ngeliatin doang. Mau ikutan pesen jus strawberry, takut asem dan bikin sakit perut. Mau ikutan pesen siomay, bisa lebih jungkir balik lagi akibatnya pada perut gue. Akhirnya gue jatuhkan pilihan netral, susu.

Sebenarnya sudah terbilang jarang gue kena serangan maag, gak seperti jaman gue SD dan SMP dulu. Sekarang udah hampir gak pernah kena maag, gak tau nih kenapa tiba-tiba sakit lagi.

Kalau gue kilas balik masa lalu gue dan mereka-reka apa kira-kira penyebab awal gue bisa kena penyakit maag, maka gue harus memutar waktu kembali ke saat gue masih duduk di bangku SD.

Mungkin gue satu-satunya anak SD sakit jiwa yang ada di dunia ini, karena pada saat SD gue udah berdiet dan takut gemuk! Hah! Saat anak-anak lain bebas makan sesuka hati, gue membatasi asupan makan gue dengan alasan takut gemuk dan jerawatan! Please deh, anak SD gitu! Gue masih inget pas gue kelas 5 atau 6 SD gitu, gue gak mau minum susu [menurut nyokap gue, gue udah menolak minum susu dari umur 2 tahun], gak mau makan keju, telor dan kacang. Susu dan keju gue hindari karena takut gemuk, sementara telor dan kacang gue hindari karena gue takut jerawatan.

Dulu pas SD, saking terobsesinya gue untuk kurus [padahal waktu kecil asli gue keciil banget. Pendek + kurus, sampe nyokap dimarahin dokter yang bilang gue kurang gizi ;p] gue jadi ogah sarapan. Bisa di hitung deh banyaknya gue sarapan pagi. Pernah ada suatu kejadian di suatu Senin pagi. Kalo masih inget, dulu waktuSD kan setiap Senin pagi kita harus menghadiri upacara sekolah, saat yang entah kenapa gue sukaaaa banget hadiri pas gue SD. Nah pada pagi itu seperti pagi yang lainnya gue gak sarapan. Dan pagi itu, hanya pagi itu, ada kejadian yang bikin gue teringat sampai sekarang. Pagi itu adalah pagi dimana gue hampir pingsan! Pertama kalinya gue merasakan berada di ambang kesadaran dan ketidak sadaran. Semua yang gue lihat warnanya udah coklat muda burem gitu, vintage abis, persis kaya efek sephia di camera. Tapi dulu gue gak sadar kalo gue mau pingsan. Badan gue udah keringet dingin dan pengelihatan gue udah blur. Untungnya gue ga sampe pingsan beneran, gue bertahan sampe upacaranya selesai dan gue kabur ke ruang kesehatan buat minta teh manis panas. Gue rasa, ketidaksukaan gue akan makan inilah yang mengawali penyakit maag gue.

Obsesi menjadi kurus ini berlanjut sampai gue SMP. Dulu badan gue kurus banget. Tinggi antara 146-150 cm, sementara berat gue cuma 39 kg. Pas jam istirahat gue gak mau makan, jam makan siang pun gue jarang jajan. Mending makan di rumah deh...Tapi entah bagaimana, berat badan gue mampu mencapai 41 kg di akhir masa SMP gue dengan tinggi badan 151 cm.

Masa SMA gue gak terlalu dihantui oleh rasa takut gemuk. Karena semenjak gue kelas 3 SMP, gue ikutan club softball "Prambors" yang menjadikan berat badan gue tetap stabil meski makan banyak, karena gue banyak lari, banyak olahraga. Masa-masa inilah gue merasa badan gue lagi sehat-sehatnya dan gue mulai mengenal "makan banyak", bukan "makan-dikit-takut-gemuk" kaya dulu lagi.

Tapi sayangnya jadi keterusan ;p hehehe gue jadi doyan makan sampai sekarang. Berubah jadi mahluk rakus yang doyan makan apa aja. Gue doyan banget keju, suka minum susu, ngiler kalau liat telor belado dan gak anti sama bumbu kacang yang ada di gado-gado atau siomay. Sekarang malah kaya burung lepas yang hilang kendali, makanan apa aja dihajar, gak ada batasan, kecuali kalo yang gak halal ;p kadang gue berharap gue kaya dulu, agak milih-milih dalam memakan,mungkin gue akan bisa kurus, gak gembil dan perut tower of hanoi kaya sekarang ;p hehehe tapi memang lain bulu lain belalang, lain dulu lain sekarang...

Dan lebih parahnya, gue udah berhenti softball! Dulu sih jaman SMA dan awal kuliah, masih rajin main golf didriving range, main bowling tapi sekarang?? Boro-boro, paling cuma main badminton di sebelah rumah aja sama adik gue... :)

Kebiasaan makan ini berlanjut sampai gue kuliah dan kerja. Karena dulu pas kuliah masih banyak gerak, jalan dari satu gedung ke gedunglainnya, badan gue gak melar-melar banget kaya sekarang pas kerja. Sekarang kerjaan gue cuma : jam 9.00 sampe kantor, duduk di belakang meja sampejam 6.30an, abis itu pulang. Gak gerak, gak olahraga, numpuk deh tuh semua lemak di perut gue! :( huhuhu sedihnya...

Melihat perut gue yang bikin stress inilah yang mendasari gue untuk sok-sok diet lagi minggu kemaren, dan hasilnya, apakah kurus yang gue dapatkan? Tidak saudara-saudara, melainkan sakit maag yang menyerang kembali, yang akhirnya membuat saya menulis tentang sakit saya sekarang ini, yang sedang anda baca ini dan menceritakan cerita gak penting tentang analisa awal mula saya memiliki penyakit maag ini.

Dan kalau melihat postur tubuh gue yang hanya 151 cm, mungkin gak doyan makan yang gue lakoni waktu SD ini yang membuat gue gak tinggi-tinggi ;p andai saja gue dulu banyak makan dan olahraga semasa kecil, mungkin sekarang saya sudah tumbuh semampai [se meter tak sampai ;p] hihihihihi

Pokoknya sakit itu gak enak rasanya dan untuk sehat memang mahal [pulang kantor ini gue harus ke dokter, mahal kan? ;p ]. Jadi jaga baik-baik kesehatan anda, sebelum menyesal seperti gue... :)

Monday, June 05, 2006

Doyan Makan =P

Oke, harus gue akui gue itu doyan makan, karena itulah gue gendut. Contohnya aja hari ini,tadi pagi gue sarapan 1/2 gelas Milo [bukan Milo 3 in 1 lhoo, jadi cuma coklat aja isinya...] + setengah roti selai coklat.Sampe kantor, sekitar jam 10.00an gue makan lagi, 1 porsi pepaya, jeruk, pear yang udah di potong-potong.Harusnya gue kenyang dong, dengan banyaknya asupan kalori gue di pagi hari seperti hari ini, tapiternyata tidak saudara-saudara... Jam 11an gue udah merasa laper lagi. Dan rasa lapar ini diamini oleh Olip, teman sebelah gue di kantor. Akhirnya setelah menahan lapar demi menjaga gengsi [karena yang lain baru makan siang jam 12.00], gue dan Olip pun baru turun ke food court jam 12.00 kurang.. =P hehehe

Makan siang selesai jam 1.00 siang, kemudian gue solat trus balik kerja. Nah sekitar jam 3.30an, gue makan lagi, sedikit anggur... hehehehehe Dan akhirnya, jam 5.30 sore, gue makan 1 potong roti coklat =P hehehe mudah-mudahan acara makan gue berhenti sampai disini, paling gak nanti malam makan pepaya aja. Kalo nanti malam masih makan besar lagi, Wouuw bisa meletus perut gue =P hihihi

Thursday, June 01, 2006

Maaf

Maaf. Kata-kata yang paling susah keluar dari mulut saya tanpa diiringi rasa gengsi. Kata yang seharusnya timbul dari penyesalan mendalam di hati untuk kemudian diungkapkan, seringkali hanya menjadi hiasan tanpa makna.

Saya termasuk orang yang susah berkata maaf pada orang-orang terdekat saya. Saya lebih memilih untuk memperlihatkan penyesalan saya dengan sikap dan perubahan-perubahan sesuai dengan yang diinginkan oleh yang memarahi saya. Lain halnya terhadap orang-orang yang tidak begitu dekat dengan saya, kata maaf terasa meluncur begitu saja setiap kali saya berbuat salah, tanpa ragu-ragu dan tidak diikuti rasa gengsi. Mungkin karena permasalahan yang dihadapi tidak seberat dan sedalam dengan yang dihadapi bila berkaitan dengan orang-orang terdekat saya. Mungkin saya memiliki sifat seperti yang dimiliki kebanyakan orang lainnya, I took for granted the love and forgiveness of my special persons. A mistake, I know, I should have been more appreciative to them. But like I said before, I said sorry with action not words.

Saya juga termasuk keras kepala dan tidak mau mengalah bila saya dikatakan salah. Saya harus menjelaskan dari sudut pandang saya terlebih dahulu, mendapatkan penjelasan dari lawan bicara baru saya mengaku salah bila memang saya salah. Kalau tidak ada fakta masuk akal yang menyatakan saya salah, boro-boro saya mau ngaku salah ;p heheh saya memang keras kepala…

Namun belakangan ini, saya mencoba untuk membiasakan diri berkata “Maaf” setiap saya berbuat salah tetapi gengsi mengakuinya. Saya belajar berkata “Maafin aku Ibu…” atau “Sorry yah De..” diiringi dengan sikap saya yang merayu agar dimaafkan. Dan menurut saya hasilnya lebih baik. Hubungan menjadi lebih erat dan senyum lebih cepat mengembang. Meski ada pepatah yang mengatakan “Action speaks a thousand words” rasanya saya harus menambahkan “Words supported with action speak a million words with lots of meanings.” Jadi berdasarkan pengalaman saya, perbuatan yang mendukung perkataan jelas lebih jitu dan terasa dampaknya.

Suatu hal yang membuat serba salah ialah saat saya tidak tahu apa kesalahan yang telah saya perbuat namun orang lain tetap menyalahkan saya. Saya mencoba menjelaskan yang sebenarnya terjadi, namun tetap saja saya salah. Saya sungguh tak mengerti. Kalau keadaan sudah seperti itu, saya memilih untuk mengalah, minta maaf. Namun dengan tanda tanya besar di hati saya “Salah saya apa?”. Mungkin saya memang salah karena kurang peka, sampai tidak menyadari bahwa saya salah dan menyakiti hati lawan bicara saya.

Seberapapun keras kepalanya saya, saya tetap ingin menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitar saya. Daripada berantem mungkin memang lebih tepat meminta maaf. Saya jadi ingat kata-kata Aa Gym dalam ceramahnya Senin kemarin. “Kalau mau berkata sesuatu, pilihlah yang akan menyenangkan orang lain dan membawa kesejukan di hatinya. Jangan memilih yang membuatnya marah atau merasa panas”. Itu teorinya, tapi susah sekali menerapkannya.

Mungkin kata “Maaf” akan menyejukkan hati lawan bicara saya, di saat kata itulah yang ingin ia dengar dari mulut saya...

*Untuk kamu yang mungkin membaca tulisan ini. Aku minta maaf yah. Meski aku tidak selalu mengerti apa salah aku. Maafkan aku.. :)